Untuk Rumah Murah Nan Ramah

Untuk Rumah Murah Nan Ramah

KORAN TEMPO – Hari Lingkungan Sedunia yang jatuh pada 5 Juni lalu menerbitkan sebuah senyuman dari bibir Yu Sing. Ya, arsitek muda yang namanya meroket sejak meluncurkan konsep unik rumah murah mendukung lingkungan ramah ini baru saja melawat ke Makassar. “Ada tugas yang tidak jauh-jauh dari konsep merancang rumah murah berbasis lingkungan nan ramah,” ujarnya tenang.

Penulis buku Mimpi Rumah Murah terbitan Trans Media, dan belakangan sangat diminati, itu mengatakan semangatnya selalu membara saat ditantang pertanyaan mengapa ingin membantu merancang rumah murah. “Jawabannya sangat dalam, tertanam di sini,” ucapnya sambil mengarahkan jari telunjuk ke dada.

“Kalau mau digamblangkan, seperti menjawab pertanyaan mengapa saya hidup ke dunia,” Yu Sing melanjutkan, Sabtu lalu. Ia menjelaskan, hidup berarti bila dapat mempertanggungjawabkan semua yang telah Tuhan berikan menjadi manfaat buat banyak orang.

Penampilan arsitek berusia 33 tahun yang bertubuh kurus dan gondrong ini sepintas tak ada yang istimewa. “Memang I’m not special, ha ha! Tapi semoga apa yang saya lakukan bisa memberikan makna penting bagi masyarakat dan lingkungan,” ujarnya sembari tergelak kecil.

Lewat bukunya itu, membantu merancang sejuta rumah murah merupakan jawaban atas kegusaran hatinya. Terutama anggapan masyarakat umum bahwa jasa arsitek hanya dominan dan haknya orang kaya semata.

Menurut dia, orang menengah ke bawah punya hak yang sama. Namun, lantaran label tadi telanjur melekat, utamanya ongkos jasa arsitek nan selangit membuat keder masyarakat menengah ke bawah. Pria yang mengidolakan mendiang Yusuf Bilyarta Mangunwijaya ini memaknai apa yang dikerjakan Romo Mangun berpengaruh kepadanya. Terutama sebagai pendorong semangat serta tempat belajar kemanusiaan dan desain.

Keputusannya membantu desain rumah murah dengan jasa murah memang bagian dari ilmu yang dipelajarinya. Seharusnya arsitektur dikembangkan untuk kesejahteraan semua masyarakat. Bukan cuma untuk golongan tertentu saja.

Dia juga ingin berbagi pengalaman mengenai rumah tinggal inspiratif berkonsep rumah murah. Artinya, merancang rumah sederhana yang memberikan penjelasan mengenai ruang-ruang hidup yang dapat mempengaruhi cara hidup penghuninya menjadi positif dan inspiratif.

Yu Sing merancangnya menjadi rumah penuh makna, ramah lingkungan, dan hemat energi. Nilainya bisa lebih tinggi dari rumah-rumah mewah yang tidak ramah lingkungan. Cara pandang soal keindahan serta kemewahan perlu lebih luas dan jernih. Rumah dari material bekas, jika didesain dengan baik, akan jauh lebih indah dan wah daripada rumah yang terbuat dari banyak materi impor tanpa desain baik.

Saat ini biaya mendesain rumah konsep Rp 1-2 juta setiap meter persegi. Sistem struktur rumah harus efisien dan hemat sebab biaya struktur bangunan bisa mencapai 40-60 persen dari biaya keseluruhan.

Material finishing juga banyak dikurangi tanpa menggerus kualitas arsitektural ruang. Lalu yang dipakai kebanyakan material sehari-hari lazimnya rumah-rumah rakyat. Harga pembuatannya berkisar Rp 25 sampai Rp 300 juta. Bila kemampuan anggaran membangun kurang dari Rp 25 juta, jasa desainnya gratis. Hingga kini Yu Sing mengerjakan rumah-rumah murah dalam bentuk baru, renovasi atau setengah jadi, serta rumah daur ulang berbahan kayu, bambu, beton, kontainer, fiber, dan lainnya.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini menuturkan, masa kecilnya sederhana dan sering hidup berpindah-pindah kontrakan lantaran orang tuanya tidak punya rumah. Dia pun sering menerima perlakuan rasial karena keturunan Tionghoa.

Untung orang tuanya membekali semangat kerja keras, berhati bijak, dan demokratis. “Justru kondisi itu mendidik saya menjadi orang anti-rasial. Saya memperlakukan semua orang setara tanpa melihat suku, kedudukan, dan pekerjaan. Di mata Tuhan semua orang sama. Tak ada derajat lebih tinggi atau rendah.”

Sejak kecil Yu Sing tidak punya cita-cita istimewa. Dia sangat menikmati hidup serta bertipe orang suka hidup tenang, santai, dan bermalas-malasan. Namun, kini ia tak sempat bermalas-malasan karena kliennya tersebar di Tanah Air, termasuk Papua dan Kalimantan.

Salah satu alasan ia kuliah arsitektur adalah demi menghindari hafalan, dan menyukai tugas menggambar di studio. “Saya sempat stres berat di awal kuliah karena tak cukup berbakat. Setelah ketemu dosen yang dapat membimbing dengan baik, dan karena kuasa Tuhan, saya bisa belajar menikmati dan mencintai dunia arsitektur,” penyuka makanan tradisional ini menambahkan.

Penggemar jalan-jalan bersama keluarga dan menikmati alam ini mengatakan keinginannya, yaitu ke depan lebih banyak arsitek yang membantu mendesain rumah murah. “Saya ingin suatu saat para arsitek memiliki misi idealis yang dekat membantu rakyat menyajikan konsep rumah murah. Secara pribadi saya ingin membantu desain sejuta rumah murah dan jalan-jalan keliling Indonesia,” ujarnya. [ HADRIANI P ]

sumber : http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/06/10/Gaya_Hidup/krn.20090610.167680.id.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar